Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akhirnya 13 TKI Diselamatkan di Hutan Bakau, Ternyata Ditelantarkan Hingga 2 Hari 2 Malam Tak Makan

Akhirnya 13 TKI Diselamatkan di Hutan Bakau, Ternyata Ditelantarkan Hingga 2 Hari 2 Malam Tak Makan

Detik-detik belasan TKI ilegal ditemukan terlantar di sebuah hutan bakau, dua hari dua malam tidak makan dan kelaparan.

Nahas dialami 13 orang TKI ilegal yang ditemukan terlantar di kawasan hutan bakau di Asahan, Sumatera Utara.

Belasan TKI asal Malaysia itu dibiarkan kelaparan selama dua hari dua malam sebelum tim evakuasi datang menolong.

Video memperlihatkan belasan orang berada di sebuah hutan bakau tersebar dan viral di grup WhatsApp.

Dalam video berdurasi  3 menit 50 detik, tampak belasan orang bersusah payah naik ke kapal yang merupakan milik patroli gabungan Sat Polair Polres Tanjung Balai dan BKO Pol Airud Polda Sumut.

Kapolres Tanjung Balai AKBP Putu Yudha Prawira mengatakan, orang-orang tersebut merupakan TKI yang bekerja di Malaysia.

Sebanyak 13 TKI Ilegal bersusah payah naik ke kapal patroli gabungan dari pinggir hutan bakau di perairan Asahan pada Jumat (1/5/2020) pagi tadi. Sebelum ditemukan telantar, mereka 2 hari 2 malam di atas makam tanpa makan.(Dok. Polres Tanjung Balai) ()
Mereka ditelantarkan di hutan bakau di perairan Asahan, Sumut.

Ke 13 TKI ini dievakuasi dari pinggir hutan bakau di Tanjung Sei Sembilang, Kecamatan Sei Kepayang Timur, Kabupaten Asahan.

"13 TKI itu dievakuasi Sat Polair Polres Tanjung Balai bersama personel BKO Pol Airud Polda Sumut dari hutan bakau di perairan Asahan," ujar Putu yang dihubungi melalui WA, Jumat (1/5/2020) sore.

Tangkapan video memperlihatkan TKI Ilegal kesusahan naik ke kapal patroli yang menemukan mereka telantar di pinggir hutan bakau di perairan Asahan pada Jumat (1/5/2020) pagi tadi. Sebelum ditemukan, mereka 2 hari 2 malam tidak makan di tengah laut.(Dok. Polres Tanjung Balai)
Dijelaskannya, sekitar pukul 01.40 WIB, personel Sat polair Polres Tanjung Balai bersama petugas Direktorat Polairud Polda Sumut berpatroli di perairan Asahan.

Sekitar jam 10.00 WIB, tim patroli menemukan belasan warga berkumpul di pinggir hutan bakau.

Mereka membawa banyak barang.

"Sekira pukul 10.30 WIB, tim patroli menolong kumpulan orang tersebut yang diduga ditelantarkan oleh kapal yang membawa mereka dari Malaysia ke Indonesia," ujarnya.

Selanjutnya, pada 12.50 WIB, petugas tiba di Kota Tanjung Balai dan mengamankan mereka di dermaga Sat Pol Air Polres Tanjung Balai.


Di dermaga, belasan TKI ini disemprot cairan disinfektan dan barang bawaan diperiksa.

"Para TKI ini diberikan makan karena sudah 2 hari 2 malam di tengah laut dan tidak makan," katanya.

Tim berkoordinasi dengan tim Gugus Tugas Covid-19 Kota Tanjung Balai terkait penjemputan TKI illegal ini.


Para TKI ini berasal dari Asahan dan Tanjung Balai.

"Dari hasi pemeriksaan kesehatan, 13 TKI negatif terindikasi Covid-19 dan akan dipulangkan kepada pemdanya masing-masing atau kepada keluarganya," ujar Putu.

Nasib ditelantarkan tak hanya dirasakan oleh ke 13 TKI asal Malaysia tersebut.

Sebeleumnya, puluhan warga NTT yang hendak pulang kampung masih tertahan di Pelabuhan Sape, NTB selama berhari-hari.

Mereka tertahan karena kapal Pelni dan Feri tidak bisa berlabuh di semua pelabuhan di NTT, sesuai instruksi dari Pemprov NTT.

Larangan itu untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di NTT.


Florianus Pangkal, salah seorang penumpang asal NTT mengatakan, dirinya bersama puluhan orang sudah lima hari tertahan di Pelabuhan Sape.

• Warga Grobogan Kejang-kejang & Meninggal saat Berobat di Bidan Desa, Baru Pulang dari Tangerang

Para penumpang itu ada yang datang dari Bali, Mataram, dan Bima, dengan status mahasiswa dan juga para pekerja yang kena PHK dari perusahaan.


Semuanya ingin pulang ke kampung halaman.

Mereka berasal dari Kabupaten Manggarai Timur, Manggarai Tengah, Manggarai Barat, dan Kupang.

Florianus mengatakan, ia dan para penumpang lainnya sama sekali tidak mengetahui ada larangan kapal penumpang berlabuh di pelabuhan NTT.

Florianus menyebut, hingga saat ini nasib puluhan penumpang asal NTT masih terkatung-katung di Pelabuhan Sape.

Mereka masih menunggu kebijakan dari Pemprov NTT agar bisa melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo, Manggarai Barat.

"Kami hanya ingin pulang ke kampung halaman, bukan mau bawa penyakit," ujar Florianus kepada Kompas.com, Minggu (26/4/2020).

"Kami di sini terpaksa tidur di kursi dan lantai ruang tunggu di pelabuhan. Mau sewa penginapan, biaya sangatlah mahal.

Kami juga sudah mulai susah dapat makan di sini. Pemprov NTT tolong selamatkan kami. Kami ingin pulang kampung," sambung Florianus.


Florianus mengatakan, memasuki hari kelima, mereka tidak mendapat bantuan apa-apa dari pemerintah setempat.

"Kami mau balik ke Mataram dan Bali,  uang sudah tidak ada. Mau balik ke Bali dan Mataram nyeberang sangat ketat.

Tolong pemerintah Provinsi NTT pikirkan nasib kami ini," kata Florianus.


• YouTuber Ini Jadi Pasien Pertama Positif Virus Corona di NTT, Sudah Kontak dengan 60 Orang & 2 TNI

Para penumpang berharap agar Pemprov NTT bisa berkordinasi dengan pemerintah NTB untuk bisa memulangkan mereka.

"Bapak Gubernur NTT, bapak-bapak bupati, tolong kami. Kami sudah terlanjur di tengah jalan. Sekarang sudah tidak bisa pulang ke tanah orang lagi," ungkap Florianus.

Kepala Humas dan Protokol Pemprov NTT Marianus Jelamu mengatakan, secara regulasi, Menteri Perhubungan RI sudah melarang adanya penyeberangan penumpang.

Marianus mengatakan, Minggu, warga NTT yang masih di Pelabuhan Sape akan diizinkan melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Labuan Bajo.

"Kalau tidak diizinkan, kasihan juga, tetapi ini yang terakhir. Setelah itu tidak diizinkan lagi demi memutuskan mata rantai penyebaran," ujar Marianus kepada Kompas.com. (Kompas.com/ Kontributor Medan, Dewantoro) (Kompas.com/ Kontributor Maumere, Nansianus Taris/ David Oliver Purba)